Sabtu, 30 Agustus 2014

AWAS BAHAYA FACEBOOK.



Banyak orang mengaku addicted to Facebook. Tapi ternyata Facebook dapat mengundang bahaya.

Facebook adalah layanan jejaring sosial yang mengumpulkan orang banyak dalam satu wadah di Internet. Facebook mirip dengan Friendster, namun diakui memiliki banyak kelebihan. Pengguna Facebook mulai dari abg hingga orang tua yang berumur di atas 50 tahun.

Facebook diakui berguna untuk menemukan teman-teman yang tercecer. Banyak dari para pengguna Facebook yang akhirnya berhasil menemukan teman-teman di masa lalu. Hal ini menambah nilai tambah bagi Facebook.

Beberapa Facebooker mengaku hal pertama yang mereka periksa ketika online internet adalah membuka akun Facebook. Facebook juga telah berhasil memasuki peringkat ke tiga dunia sebagai situs yang banyak dikunjungi. Bahkan Facebook berhasil menggeser senior dunia jejaring sosial, yaitu Friendster.

Selain itu fungsi foto dan tagging ternyata disukai banyak orang. Kolom komentar yang disediakan serta notification yang ada membuat para facebooker mengetahui perkembangan dalam dunia per-facebook-an.


1. Terbuangnya waktu. Pengguna Facebook enggan terlepas dari komputer, laptop, handphone, dan gadget yang mampu mengakses Facebook. Banyak waktu terbuang di depan komputer. Aturlah waktu Anda. Jangan sampai sia-sia hanya di depan komputer.

Tidak hanya dimanfaatkan untuk mencari teman, Facebook digunakan untuk beriklan serta berkampanye. Presiden Amerika Barrack Obama adalah Presiden pertama yang memanfaatkan Facebook untuk kampanye via internet, dan kini banyak capres-capres yang mengekor tindakan Obama tersebut.

Namun dibalik keunggulannya, ternyata Facebook memiliki dampak samping.


2. Hati-hatilah menaruh foto di Facebook. Yang namanya dunia internet, orang bisa melakukan bermacam-macam hal. Orang bisa meng-edit foto sedemikian rupa yang berbau negati dan menyebarkannya ke forum atau milis. Hal ini bisa merusak nama yang terlibat. Belum lagi foto dapat memicu keributan.

3. Hati-hatilah memasang status di Facebook. Ada tragedi yang menimpa seorang istri ketika mengganti statusnya menjadi single. Sang suami yang marah tanpa berpikir panjang langsung menghabisi sang istri. Dan hal ini telah terjadi 2 kali.


Pasanglah foto di Facebook dengan bijak, karena tidak hanya Anda dan teman Anda saja yang bisa melihat. Semua orang di dunia bisa melihatnya, kecuali Anda men-setting foto Anda menjadi private, sehingga hanya orang-orang tertentu yang bisa melihat foto Anda.

4. Jangan menaruh sembarangan informasi pribadi. Banyak orang tidak menyadari bahaya menaruh informasi di internet. Dengan memberikan informasi tempat bekerja, nomer telepon, hingga alamat rumah, tentu dapat mengundang orang untuk berniat buruk. Bisa saja informasi tersebut dimanfaatkan untuk berbuat tidak baik. Jadi, taruhlah informasi yang umum. Jangan menaruh informasi pribadi di halaman Facebook Anda. Ingatlah bahwa tidak hanya teman Anda saja yang mengakses Facebook. Apabila Anda ingin informasi yang tertera aman dari orang-orang asing, aturlah agar hanya teman-teman Anda yang bisa mengakses Facebook Anda.

5. Diganggu orang tak dikenal. Banyak orang yang tidak berpikir panjang ketika menerima ajakan berteman dalam dunia jejaring sosial. Tanpa disadari, orang yang diterima menjadi teman bisa mengakses informasi yang tertera dalam halaman Facebook. Oleh karena itu jangan sungkan menolak ajakan teman dari orang yang tidak dikenal. Anda berhak menolak.

Walaupun hal ini terlihat sepele, namun mulai banyak kasus bermunculan karena Facebook. Bijaksanalah dalam menggunakan Facebook.


Penulis :Emelianus Wakei Mahasiswa UNSRAT Manado


Rabu, 30 Juli 2014

KETIKA PENGUASA MENANGIS, MEMBACA SURAT MAMA

Kerja seharian mengurus rakyat memang bikin lelah tubuh dan jiwa. Sore hari menjelang malam, saya menikmati waktu sengang bersama isteri tercinta. Para pengawal mengawasi anak-anak bermain. Saya dan istri menyaksikan kegembiraan anak-anak, sambil meneguk Juice Apel, iringan musik Country mengalun mendayu-dayu, mengingatkan saya pada masa muda dulu. Sebelum jadi penguasa negeri ini, kepala daerah


“Sayang, hari ini saya ingat mama saya di kampung. Saya sudah tidak pernah mendengar lagi kabar mereka sejak saya menjadi PNS hingga sekarang jadi kepala daerah. Saya sangat rindu saya punya mama, sampai kepala saya pening,”tuturku kepada sang belahan jiwa yang duduk manis dalam rangkulan, dengan singlet merah jambu menggoda dan kaca mata riben menghiasi wajahnya yang hitam manis itu.
Saya berusaha mengatasi rasa rindu kepada mama dengan membelai sang belahan jiwa di samping. Rasa rindu sedikit terobati, tapi tidak bisa menghapus rasa rindu akan mama yang jauh di kampung.
Mataku terus kemana-mana mencari mama, sambil membelai belahan jiwa yang manja-manja membangkitkan hasrat dan menjadi penawar jiwa yang lelah itu. Tiba-tiba seorang pengawal datang mendekat, penjaga pintu pagar utama itu pasti membawa sesuatu yang penting, sehingga berani-beraninya mengganggu waktu syahdu kami.
“Permisi bapa, ini ada surat dari kampung,”tutur sang pengawal dengan  sopan,  hormat ala  keraton Jawa.
“Ade…terima kasih e…,ko taru saja di meja sini,”tuturku sambil merasakan nikmatnya sentuhan-sentuhan halus dari tangan sang kekasih yang kini menjalari sekujur tubuh. Saya membawa surat sambil mengandeng mantan pacarku itu menuju kamar.
Entah kenapa, saya punya firasat buruk terhadap isi surat itu. Dugaan; surat itu berisi kisah sedih tentang mama di kampung. “Ah.. saya tidak mau lagi membuka lembaran kisah sedih. Saya tidak mau menambah kesedihanku,”gumamku. Sepuluh menit berlalu, surat itu hanya saya genggam saja, tetapi rinduku sama ibunda juga yang akhirnya membuat tanganku untuk membuka sampulnya dan mulai membacanya.
“Kepada Yang Terhormat anak kepala daerah,” mama menyapa dan memulai cerita hidupnya di kampung halaman. Saya membaca kalimat ke kalimat dan paragraf ke paragraf mengalirkan kisah mama ini.
Saya mengutip mama menulis : “Anak, ibu beserta adik-adik-mu hidup di rumah kini tidak seperti dulu, selagi ayah masih ada. Kalau dulu, kita bisa makan sehari tiga kali dengan asupan gizi yang cukup. Kini situasi berubah, makanan kami seadanya, sehari dua kali atau sekali saja tetapi mama bersyukur bersama adik-adikmu bisa makan daripada tidak sama sekali”.
Saya tertegun, berhenti membaca dan menatap surat itu lekat-lekat. Di sela-sela ingatan itu, jiwaku terbang membayangkan nasib mama. “Mengapa keluargaku mengalami nasib sial itu?Apa yang salah dengan mereka?” Saya membiarkan diriku menyoal dan melanjutkan kisah mama:
“Sayang…. mama harus mencari nafkah, sejak bapamu menghembuskan nafas karena tubuhnya tertembus timah panas dalam upacara peringatan hari hak-hak masyarakat pribumi di lapangan depan sekolahmua, beberapa tahun lalu. Apakah kamu masih ingat kisah itu?”tanya Mama.
Hatiku luluh, membisiki jiwaku untuk memberontak, ingin berteriak histeris mengungkapkan kebencian dan kesedihan di ruang itu, namun kesadaran dan imajinasiku membisik jiwa yang memberontak mengendalikan emosi untuk tidak bertindak kejam dan menangisi ayahku yang telah lama tidur karena peluru serdadu, 9 Agustus 2008 lalu.
“Saya tidak perlu menangisi ayahku tetapi menangisi dan mendoakan mereka yang kejam terhadap ayah serta mendoakan ayahku agar memperoleh pengampunan, perdamaian, keselamatan, ketenangan Jiwa dan menikmati kebahagian abadi bersama Tuhan dan dari sanalah ayah mendoakan mereka yang telah jahat kepada dirinya, yang tidak berdosa itu,”gumamku.
Saya masih mendengar mama berkisah hidup. “Sayang kami makan seadanya, itupun hasil kebun bapamu sebelum tima panas menembus tubuh, menghabisi jiwanya, dan mengambil dari hutan yang belum rusak akibat hutan yang dibabat, tambang dan kebun kelapa sawit” tulis mama.
Jiwaku kini basah oleh tangisan, hati luluh, tubuh gemetar. Getaran tubuh tidak ku tahan. Aku berusaha terus menghela nafas dan mengedalikan jiwa yang bergetar menyoal lagi nasib mama. “Setelah kebun itu dipanen habis, hutan dibabat habis, adik-adik dan mama makan apa? Bagaimana perjuangan mama untuk kebutuhan sekolah adik-adiku nanti?”
Saya berhenti merenung. Mama masih bertutur melalui surat. “Anakku…demi memenuhi kebutuhan sekolah, mama terpaksa harus menjadi ‘ayah’ sekaligus ibu bagi adik-adikmu. Mama membawa jualan di pasar mama-mama yang ada di kota Jayapura tetapi tidak mudah seorang mama Papua menjadi pedagang sayur. Mama harus berjuang mendapatkan tempat yang layak hingga berjuang merayu pembeli. Syukur, kalau ada yang mau beli. Kadang sulit karena pembeli lebih pilih ke swalayan yang tumbuh berjamur di kota ini…
Sementara, anakku sayang, perjuangan mendapatkan tempat jualan yang layak memang rasanya sulit. Mama berjuang sejak tahun 2007 sampai hari ini tahun 2014, mama masih jualan di bawah tenda dan meletakkan di atas tanah. Kalau hujan, tempat ini penuh dengan air dan kami libur jualan. Kalau itu yang terjadi, anak sudah tahu, mama tidak bisa memberi makan adik-adikmu, mama tidak bisa menyimpan uang sekolah untuk adik-adik. Sayang, itu sudah mungkin nasib mama yang malang ini.
Mama memang merasa sulit dan tidak berdaya menjalani pekerjaan jualan sayur tetapi mama bersyukur dengan bekerjaan seperti ini bisa mengumpulkan 50 ribu sehari. Penghasilan ini saja, mama bisa memenuhi kebutuhan makan bersama adik-adikmu sehari. Kalau tidak bagaimana dengan makan sehari ini, yang ada hanyalah pergumulan dan penderitaan dan akhirnya menunggu waktu ajal menjemput. Karena terus hidup seperti ini, mama jadi berpikir “Ah hidup ini tidak memihak, Allah jahat, pemerintah jahat, lebih baik mati bunuh diri saja, tetapi bagaimana nasib adik-adikmu nanti? Pergumulan mama dengan nasib adik-adikmu itu saja yang selalu menguatkan dan menabahkan mama menjalani hidup ini. Kalau jujur, mama bisa mengatakan menjalankan hidup ini dalam keterpaksaan saja”.
Saya masih mau mendengar mama berkisah tetapi mama mengahiri suratnya. “Anak, mama mau berbagi lebih banyak cerita lagi, tetapi kiranya cukup sekian dulu. Kalau terlalu banyak curhat, mama khawatir menganggu perjalananmu, selama menjadi pemimpin negeri ini. Sayang selamat memimpin negeri. Mama akan terus mendoakan anak dari balik gubuk derita ini tetapi anakku, mama hanya mau bertanya… Kenapa susah sekali anak menjawab kebutuhan kami, membangun pasar, mengungkap pembunuh bapamu yang sampai hari ini belum diadili ?
Apakah kami harus menanti sampai Tuhan datang menjawab harapan kami?”.

Senin, 20 Januari 2014

Hal Pemberian Kado Ulang Tahun Oleh St. Hieronimus Kepada Tuhan Yesus



Hal Pemberian Kado Ulang Tahun

Oleh St. Hieronimus Kepada Tuhan Yesus


       Di suatu kampung  yang didiami oleh  seorang pemuda yang bernama Hieronimus dan beberapa umat Kristiani, mereka hidup dengan suasana aman,damai dan sejahtera. Satu kali  si pemuda itu menghayati  dan merenungkan pemahaman akan Alkitab terhadap umatnya . Dalam penghayatan dan perenungannya si pemuda itu menilai bahwa umatnya kurang memahami akan Alkitabnya. Dengan berdasarkan alasan tersebut   Hieronimus  berkeinginan besar untuk  menerjemahkan Alkitab perjanjian lama yang sebelumnya di tulis dalam bahasa Ibrani kedalam bahasa Latin. Sehingga dengan tujuan seluruh umat Kristiani memahami akan Alkitabnya. Hasil penerjemahan dalam bahasa Latin dimanakan Vulgata yang artinya menggunakan bahasa kasar atau menggunakan bahasa sehari-hari. Hieronimus berhasil  menerjemahkan Alkitab perjanjian lama kedalam bahasa latin yang sebelumnya ditulis dalam bahasa Ibrani dengan jangka waktu yang cukup panjang kurang lebih 40 tahun.
        Setelah terselesainya penerjemahan itu, Hieronimus ingin memperkenalkan hasil penerjemahan itu. Suatu kali telah tiba hari raya natal dan beliau berpikir bahwa ini hari yang pas untuk  memperkenalkan sekaligus mempersembahkan hasil penerjemahannya sebagai kado natal di hari raya natal tahun itu. Sebelum hari raya natal tiba, dalam mimpinya Yesus menampakan diri kepada Hieronimus dan Yesus berkata  kepada beliau bahwa hai Hieronimus,  kado apa yang kamu persembahkan kepada Ku di hari ulang tahun Ku kali ini.
        Lalu Hieronimus menjawab, saya akan mempersembahkan Alkitab terjemahan ku yang memakan waktu yang cukup panjang kurang lebih 40 tahun ini tetapi Yesus menoloknya. Dengan mendengar penolokan itu, Hieronimus ingin mempermbahkan kado ulang tahun dengan kebaikan yang dia lakukan selama  hidupnya dilingkungan agama sebagai biarawan, tetapi itupun Yesus tetap menolak persembahan tersebut. Dengan mendengar penolokan itu Hieronimus terlihat sedih dan patah semangat karena dia berpikir bahwa sudah bertahun-tahun saya berusaha menerjemahkan Alkitab ini tetapi mengapa sampai Yesus tidak mau menerima persembahan ini? Dan juga dia bertanya dalam dalam hatinya bahwa saya ini sudah sekian  lama mengabdi sebagai biarawan  dikalangan agama. Tetapi mengapa sampai Yesus tidak melihat pengalaman semasa hidupku ini?
           Kemudian Hieronimus berpikir bahwa  tidak ada jalan lain selain  bertanya langsung kepada Yesus lalu dia langgsung bertanya kepada Yesus bahwa apa yang menjadi milikku dan yang saya lakukan semasa hidupku  saya sudah  persembahkan tetapi Engkau tidak mau menerimanya? Sekarang apa yang Yesus minta terhadap saya?  Lalu Yesus menjawab yang Saya minta hanya satu yaitu serakanlah seluruh dosa-dosamu kepada Ku sebagai kado ulang tahun dihari raya natal ini. Agar dengan penyerahan dosa-dosamu ini kamu dapat memulai hidup baru. Akhirnya Hieronimus pun menyerahkan segala dosa-dosanya kepada Tuhan Yesus dan memulai hidup baru dengan penuh suka cita. Dan pada akhirnya dia  mendapat nama Santo Hieronimus seperti yang kita kenal hingga saat ini. 


cerita ini saya dapat sumber dari Romo Alief selaku penasehat mahasiswa Katolik sekota Semarang pada hari minggu kemarin.